ini
kisah tentang seorang anak kecil di pedalaman inggris.
Whooly
dan sekuntum bunga.
Suatu
ketika ibu whooly menyuruhnya memetik sekuntum bunga yang paling indah dan
berbau harum yang ada di taman belakang rumah untuk melengkapi rangkaian bunga
yang hampir selesai dikerjakan.
Begitu
dia memasuki kebun, bunga yang pertama dia lihat adalah bunga melati. Dia tertarik
karena bentuknya yang mungil, indah, dan baunya yang sangat harum. Dia berpikir,
itu pasti bunga pesanan ibunya. Lalu dengan sigap dia ikat dengan pita sebagai
tanda ia akan memetiknya. Dia pun berjalan ke arah lain untuk mengambil gunting
pemotong tanaman.
Tak
disangka dia menemukan sekuntuk mawar yang sangat indah, merah merekah
mempesona dan baunya harum semerbak. Setelah dia amati lebih seksama, dia baru
menyadari bahwa mawar merah itulah bunga paling indah yang ada di taman
belakang rumahnya. Keyakinannya pun berubah, mungkin mawar itu yang
sesungguhnya dimaksud ibunya. Sejenak dia bimbang, mana yang hendak dia petik. Bunga
melati yang sudah diberinya pita atau mawar yang baru saja ditemukannya.
Whooly
merasa bingung. Dia tidak ingin mengecewakan melati yang telah diikatnya. Tetapi
dia juga tidak ingin mengecewakan hati ibunya. Dia tidak menghendaki ibunya
merasa tidak senang setiap kali melihat melati dalam rangkaian bunga di meja. Karena
tentu saja rangkaian bunga itu akan berada di atas meja sepanjang waktu. Bahkan
dari itu, dia khawatir ibunya terus menyesal setiap kali melihat mawar itu di
kebun belakang rumahnya.
Akhirnya
whooly yang cerdas punya akal. Dia datangi melati dan dia ungkapkan
permasalahannya. Melatipun tersenyum. Lalu katanya, “whooly yang baik hati,
petiklah mawar itu. Hargailah ibumu yang telah menyiapkan rangkaian bunga di
atas meja demi keindahan dan keharuman ruangan, demi kebahagiaan seluruh
keluarga dan demi kebahagiaan semua tamu yang datang. Rangkaian bunga itu hanya
membutuhkan mawar untuk pencerah sekaligus pengharum, bukan melati yang bisa
meredupkan. Jangan khawatirkan aku. Biarlah aku tetap di sini, menjadi pencerah
dan penebar bau harum taman ini. Mereka lebih membutuhkan mawar keberadaanku di
sini. Sampai hatikah engkau melihatku di dalam vas itu dengan hati tersiksa
karena disana bukan tempatku, melainkan disinilah tempatku. Pergilah whooly,
petik mawar dan jangan ragu. Bergegaslah, karena kesempatan tidak datang dua
kali dan jangan pernah menoleh kebelakang lagi.”
Whooly
pun menuruti kata melati karena menurutnya itulah hal benar yang harus
dilakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar