Katakanlah anda seorang wanita, yang mempunyai seorang teman
dekat pria. Kalau teman dekat pria anda itu tidak berani menyebutkan kapan ia
bakal melamar, berarti ia tidak serius untuk melamar anda ! (saran saya, ganti
segera)
Di atas segalanya, jika anda memiliki impian, jika anda
serius ingin mewujudkannya, maka salah satu syaratnya adalah anda harus
menetapkan kapan itu akan terjadi. Sudahlah, jangan banyak cincong, tetapkan
saja. Tidak peduli apakah anda mampu atau belum pada saat itu. Menetapkan kapan
itu kan tidak dipungut biaya, semakin jelas semakin baik.
Misalkan saja :
Cobalah ke travel
agent dan bilanglah, “pesan tiket, ya” apa yang akan anda dapatkan? Nah,
akan lain ceritanya kalau anda memesan tiket dengan jelas: untuk kapan, tanggal
berapa, jam berapa, ke kota mana, pesawat apa, kelas apa, cara bayar seperti
apa, dan untuk berapa orang. Begitulah, semakin jelas, semakin baik.
MEMANTASKAN DIRI
Selanjutnya ini kisah nyata, tentang Dee. Ketika
dipertemukan dengan beberapa pilihan, Dee sempat bingung. Urusan jodoh!.
Siapapun pun pasti menginginkan jodoh yang lebih baik, teremasuk Dee. Terus apa
yang dia lakukan? Pertama, ia melapor dulu (baca:memohon) kepada Yang Maha
Menilai. Kedua, karena menginginkan jodoh yang lebih baik, maka ia pun mulai
memperbaiki diri. Yah, bukan sekedar memantaskan diri. Tapi, memantaskan diri
dihadapan Yang Maha Menilai.
Maka :
ü
Ibadah A ditingkatkan
ü
Ibadah B ia lipatgandakan
ü
Ibadah C ia rutinkan
ü
Ibadah D ia rutinkan
Alhamdulillah, ya sesuatu, hanya dalam beberapa bulan setelah meningkatkan
ibadah, ia bertemu dan saling tertarik dengan seorang gadis yang sudah
bertahun-tahun melakukan dan meningkatkan :
Ø
Ibadah A
Ø
Ibadah B
Ø
Ibadah C
Ø
Ibadah D
Ø
Bukankah Dia telah berjandi, “yang baik-baik adalah untuk
yang baik-baik. Dan begitupun sebaliknya.” (QS. 24: 26). Jadi kalau anda
menginginkan pasangan yang lebih baik? Yah, perbaiki diri, pantaskan diri.
Dengan demikian mudah-mudahan, Dia akan mempertemukan anda dengan seseorang
yang pantas untuk anda. Sejenak, coba deh anda Tanya-tanya pada diri anda
sendiri :
Ø
Apa anda sudah betul-betul memperbaiki diri?
Ø
Apa anda sudah memantaskan diri di hadapan-Nya?
Ø
Apa anda lebih sibuk memantaskan diri di hadapan manusia?
Ø
Bagi laki-laki, apa anda sudah pantas menjadi imam?
Sering kali, kita menginginkan jodoh yang
lebih baik, tapi sayangnya, kita sendiri malas memperbaiki diri. Kita sendiri
malas memantaskan diri. Lha, apa mungkin kita mendapatkan jodoh yang lebih
baik? Kecil kemungkinannya, atau begini, bukan mustahil jodoh kita itu nilainya
8. Namun kita itu nilainya masih 6. Bisa jadi, karena itulah, dia belum
mempertemukan kita dengan jodoh kita. Belum pantas menurut-Nya.
**********************************************************************************************************
Orang-orang sering bilang, “jodoh itu
ditangan Tuhan”. Sambil bergurau saya balas, “itu betul, dan jodoh itu akan
tetap ditangan Tuhan, selagi kita tidak berusaha mengambilnya”
@ dikutip dari buku nya Ippho Santosa,
“Mega Best Seller” 7 keajaiban Rezeki, hal>42-43 bagian ‘sepasang bidadari’.
Penerbitnya ; ELEX MEDIA KOMPUTINDO, cetakan ke-6: juni 2010.
TURUNYA
BIDADARI KEDUA
Yha, sepasang bidadari. Kalau orangtua itu
adalah bidadari yang pertama, lantas siapakah bidadari yang kedua? Tidak lain
tidak bukan, dia adalah pasangan anda. Menurut penulis*, menikah itu
berkolerasi positif dan rezeki. Dan bukan saja saya yang berperndapat begitu.
Salah seorang pimpinan Asuransi Bumiputera,
Bambang Taruno, bercerita,”Maret 1990 saya mulai bekerja di Asuransi
Bumiputera. Ketika itu, saya sedang mewawancarai seorang karyawati baru.
Orangnya pendiam, keibuan, dan anggun. Saya pun langsung berpikir bahwa dia
adalah jodoh saya. Siang hari, sewaktu bertemu dengannya untuk ketiga kalinya,
saya memberanikan diri untuk menegurnya,, dan melamarnya ! terang saja, ia
kaget dan tidak bisa menjawab!..lha baru kenal !. Ngomong-ngomong, kenapa saya
bertindak secepat itu? Sebenarnya, sebelumnya saya sudah mengamati dia di
mushalla kantor. Saya amat-amati, kok dia berdoa lamaa banget. Bahkan berdoanya
sampai menangis. Menurut saya, inilah calon istri yang salehah.”
Lanjut Bambang, “tidak tunggu lama,
malamnya saya langsung menemui ibunya, melamar. Ternyata, dia sudah memiliki
teman dekat, seorang peria mapan. Saya Cuma bilang,’ coba kamu Tanya dia, kapan
dia mau menikahi kamu. Aku beri waktu 3 hari. Kalau dia bisa menjawab dengan
meyakinkan, berarti dia memang jodohmu. Tapi kalau tidak, berarti akulah
jodohmu, pendamping hidupmu yang dikirim Allah.’ Rupa-rupanya si pria itu tidak
berani memberikan jawaban. Ringkas cerita, sekitar dua minggu kemudian kamipun
melangsungkan pernikahan. Saat itu, usia saya 24 tahun dan istri saya 22 tahun.
Dengan begitu, kami pacarannya, yah setelah menikah. Jangan salah, itu malah
lebih nikmat. Alhamdulillah, sekarang
kami sudah dikaruniai 4 orang anak.
Bambang pun berpesan,”banyak orang yang
menunda menikah, karena alas an belum punya pekerjaan tetap, rumah, isi rumah,
mobil, dan lainnya. Padahal makin bertambah umur, makin banyak pertimbangan….luruskan
niat menikah karena Allah dan segerakan. Sepanjang kita masih berikhtiar, Allah
pasti mencukupkan rezeki kita, istri kita, dan anak-anak kita. Justru dengan
menikah, pintu rezeki akan lebih terbuka. “sebagai tambahan, Bambang dan
istrinya juga rutin mendirikan shalat hajat, tahajjud, witir dan puasa senin
kamis.
**********************************************************************************************************
Akhirnya, silahkan anda renungkan
pernyataan berikut. Setiap pria yang berhasil, ternyata ada seorang wanita yang
mendampinginya, dan wanita itu adalah istrinya. Setiap pria yang gagal,
ternyata juga ada seorang wanita yang mendampinginya, tetapi wanita itu bukan istrinya. (itulah sebabnya,
apabila pria pulang pagi, lazimnya menghabiskan duit, apabila wanita pulang
pagi, lazimnya menghasilkan duit, hehehe, keduanya edan!).
@ dikutip dari buku nya Ippho Santosa,
“Mega Best Seller” 7 keajaiban Rezeki, hal>37-38 bagian ‘sepasang bidadari’.
Penerbitnya ; ELEX MEDIA KOMPUTINDO, cetakan ke-6: juni 2010.
KEBANGGAAN
ANDA VS. KEBANGGAAN ORANGTUA
Sidang pembaca sekalian, sejenak coba anda
pikirkan:
v
Orang tua selalu membanggakan anda. Apakah anda selalu
membangkan mereka?
v
Orang tua selalu mendoakan anda, apakah anda selalu
mendoakan mereka?
v
Orang tua selalu berkorban untuk anda, apakah anda selalu
berkorban untuk mereka?
v
Orang tua berusaha membahagiakan anda, apakah anda berusaha
membahagiakan mereka?
v
Orang tua membesarkan serta menafkahi anda dan saudara anda,
tanpa pernah mengeluh. Padahal kehidupan orang tua kadang serba kekurangan.
Tapi, begitu anda dan saudara anda beranjak dewasa, malah mengeluh ketika harus
membantu dan menafkahi orangtua.
KEBAIKAN
ORANG TUA VS. BALASAN KITA
Sekarang, coba bayangkan ini :
<
Saat kita berusia 1 tahun, orang tua memandikan dan merawat
kita. Sebagai balasannya, kita malah menangis ditengah malam.
<
Saat kita berusia 2 tahun, orang tua mengajari kita
berjalan. Sebagai balasan, kita malah kabur saat orang tua memanggil kita.
<
Saat kita berusia 3 tahun, orang tua memasakkan makanan
kesukaan kita. Sebagai balasan kita malah menumpahkannya.
<
Saat kita berusia 4 tahun, orang tua memberi kita pensil
bewarna. Sebagai balasan, kita malah mencoret coret dinding.
<
Saat kita berusia 5 tahun, orang tua membelikan baju yang
bagus bagus. Sebagai balasan, kita malah mengotorinya dengan bermain lumpur.
<
Saat kita berusia 10 tahun, orang tua membayar mahal mahal
uang sekolah dan les kita. Sebagai balasan, kita malah malasan bahkan bolos.
<
Saat kita berusia 11 tahun, orang tua mengantarkan kita
kemana mana. Sebagai balasan, kita malah tidak ,mengucapkan salam ketika keluar
rumah.
<
Saat berusia 12 tahun, orang tua mengijinkan kita menonton
di bioskop dan acara lain di luar rumah bersama teman. Sebagai balasan, kita
malah meminta orang tua duduk jauh terpisah dari kita dan teman teman kita.
<
Saat kita berusia 13 tahun, orang tua membayar biaya kemah,
biaya liburan kita lainnya. Sebagai balasan, kita malah tidak memberinya kabar
ketika kita berada di luar.
<
Saat berusia 14 tahun, orang tua pulang kerja dan ingin
memeluk kita. Sebagai balasan, kita malah menolak dan mengeluh”papa,mama, aku
sudah besar”
<
Saat kita berusia 17 tahun, orang tua sedang menunggu
telepon yang penting, sementara kita malah asyik menelepon teman yang sama
sekali tidak penting.
<
Saat berusia 18 tahun, orang tua menangis terharu ketika
kita lulus SMA. Sebagai balasan, kita malah berpesta semalaman dan baru pulang
keesokan harinya.
<
Dan masih banyak lagi.
<
Dan entah kata-kata apa lagi yang pernah kita ucapkan kepada
orang tua. Bukan mustahil, itu yang menyumbat rezeki dan kebahagiaan kita
selama ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar