Memaknai Jejak Jekak Kehidupan karya komaruddin hidayat. Hal 14-17
BEREBUT
LAYANG -LAYANG PUTUS
Ada perilaku semasa kanak kanak
yang negatif dan destruktif, tetapi masih terbawa bawa sampai besar. Salah
satunya adalah berebut layang-layang putus yang pada akhirnya semua tidak
mendapat apa-apa, layang-layangnya hancur karena mereka saling rebut. Perilaku
destruktif ini dalam istilah jawa dikenal dengan ungkapan: “barji barbeh,
tiji tibeh” (bubar siji bubar kabeh, mati siji mati kabeh). Kalau aku tidak
mendapat bagian maka yang lain juga tidak boleh kebagian. Kalau aku sengsara
maka yang lain juga harus ikut sengsara.
Saya ingat ketika kecil saya
senang sekali melihat orang beradu layang-layang. Siapa yang benangnya tajam
dan kuat kalau beradu pasti akan menang, dengan cara memotong dan menggesek
benang lawan sembari mempermainkan layang-layangnya. Melihat layang-layang yang
terputus benangnya, kami berlari-lari mengejarnya dengan suka cita, semua
berebut ingin mendapatkannya. Singkat cerita, hasil dari berlarian dan saling
berebut itu tidak membuahkan apa-apa, kecuali rasa puas ketika melihat
layang-layang itu rusak karena tidak ada yang mau mengalah. Semua orang ingin
mendapatkannya, dan ketika salah seorang dari mereka tidak berhasil maka mereka
ramai-ramai merusaknya.
Meminjam ungkapan J.J Rousseau,
ketentraman sosial ini mulai terganggu ketika orang mulai meneriakkan “This
is mine!” ini milikku! Yang mengganti kesadaran yang semula berbunyi “ini
milik kita bersama”. Kepemilikan pribadi iyu sehat dan merupakan naluri
manusia. Tetapi egoisme pribadi yang tidak terkontrol akan merusak tatanan dan
kesejahteraan sosial. Tuhan yang Maha Pemurah telah menyediakan seluruh
kebutuhan manusia secara melimpah. Namun, bumi langit seisinya selalu saja
dirasa kurang bagi mereka yang jiwanya rakus, tamak, tidak mampu bersyukur
serta enggan berbagi dengan sesamanya. Mereka sudah terhinggap virus “SMS”
(Senang Melihat orang Susah dan Susah Melihat orang Senang). Jika virus ini
menghinggapi para politisi atau penyelenggara negara, akibatnya akan sangat
runyam, yakni menyengsarakan bangsa secara keseluruhan.
****
Kemenangan sejati (genuine
victory) diraih dengan membuktikan dirinya lebih baik dari pada orang lain,
dan juga mampu menghargai kebaikan yang ada pada orang lain, siapa pun
orangnya. Rasulullah Muhammad berpesan, kebenaran dan kebajikan itu milik Allah
dan datangnya dari Allah, maka ambillah mereka di mana pun berada. Maka
Rasulullah juga pernah berpesan, carilah ilmu sekalipun engkau mesti pergi ke
negeri china. Ini menunjukkan sikap terbuka, inklusif dalam menerima kebajikan
dan kebenaran, dan senantiasa menghargai dan menjaga warisan peradaban dari
mana pun datangnya. Oleh sebab itu, masyarakat mesir yang mayoritas warganya
beragama muslim itu pun tetap merawat bangunan keindahan piramida dan Spink
sekalipun dibangun oleh dinasti Firaun.
Kalau saja dalam kehidupan
sosial dan politik kita mampu dan terbiasa saling menghargai keunggulan orang
lain, semoga anak-anak kita nantinya juga menjadi pribadi-pribadi yang mau
menghargai sesama mereka tanpa kehilangan pikiran kritis mereka.
rizki fanzpage
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Donec sed odio dui. Donec sed odio dui. Nulla vitae elit libero, a pharetra augue. Nullam id dolor id nibh ultricies vehicula ut id elit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar